Jakarta - Banyak orang menganggap Nil Maizar terkena pepatah "habis manis sepah dibuang" oleh PSSI. Namun ia merasa tidak sakit hati dan menjadikan pengalaman di timnas sebagai pelajaran berharga.
Demikian tertuang dalam wawancara harian detikdengan pria asal Padang itu akhir pekan lalu, setelah dirinya dipastikan tidak lagi menjadi pelatih kepala skuat "Garuda". Ia bertutur panjang lebar mengenai awal kiprahnya di timnas sampai kemudian diberhentikan Badan Tim Nasional tanpa pemberitahuan terlebih dulu.
"Saya lihat di media, baca di internet saja. Sampai sekarang pun tidak ada yang memberi tahu," ucap Nil.
"Saya bukannya marah, hanya prosesnya saja yang saya pikir tidak bagus. Saya tidak pernah marah sama PSSI, untuk apa gunanya marah. Harusnya kita bicara baik-baik. Saat ini saya menunggu pemberhentian saja, karena mereka sudah bilang berhenti.
"Saya tidak menyesal, saya menikmati saja. Ini 'kan pilihan hidup," tuturnya.
Mantan pelatih Semen Padang itu ditugasi menukangi timnas dalam situasi yang tidak ideal karena terjadi konflik di level elite. Tim asuhannya sering dicibir dan disepelekan sebagian orang, karena dianggap takkan berprestasi hanya karena tidak ada pemain-pemain dari klub ISL.
"Memang ada yang tidak ideal. Tapi ya sudah, saya mencoba melakukan apa yang bisa saya lakukan. Saya ingin ada perubahan yang lebih baik untuk bangsa ini. Saya punya hati yang bisa saya berikan. Saya bekerja dengan hati, saya melayani dengan hati. Selama ini saya tidak pernah mengeluh, apakah pemainnya cuma 11 orang. Kalau mengeluh, berarti saya tidak bisa menerima risiko. Berarti pelatih engga berhasil."
Meski dicaci oleh banyak orang?
"Ya tidak apa-apa. Lagi pula apa yang mereka caci maki? alasannya apa? saya engga mau marah, itu terserah mereka. Jika ada yang mengatakan Nilmaizar tidak bagus, itu urusan mereka. Saya tidak bisa memaksa. Misalnya, semua pemain ISL saya panggil tapi kalau mereka tidak datang, apakah saya harus marah, saya harus marah ke siapa."
Selama di timnas apa yang Anda dapatkan?
"Owh banyak, pembelajaran hidup banyak disini. Hal-hal yang tidak bisa kita bayangkan selama ini memberikan pembelajaran hidup yang bagus. Tidak bisa dinilai dengan uang, karena tidak ada pendidikannya. Dan kita tidak boleh sesali itu, kita harus syukuri itu."
Simak wawancara selengkapnya di harian detik edisi Senin (11/3) pagi di sini.
Posting Komentar